Sabtu, 22 September 2018

ANAK YANG BEKERJA KERAS


NAMA       : SHANTI SELVIANA OKTAVIANI
KELAS       : 7 - H
SEKOLAH : SMP NEGERI 1 KOTA SUKABUMI


Pada suatu hari, ada keluarga yang hidup rukun dan damai di desa Pakidulan. Keluarga tersebut terdiri atas ayah,ibu dan dua orang anak yaitu Sinta dan Karo. Kedua anak itu berbakti dan juga menghormati kepada orangtuanya. Tetapi mereka hidup dengan keadaan tidak cukup mampu. Ibunya bekerja sebagai pemetik teh, sedangkan ayahnya bekerja sebagai kuli panggul di sebuah pasar. Sinta dan Karo merasa kasihan kepada kedua orangtuanya karena mereka banting tulang untuk memberi mereka kehidupan yang layak.
Pada saat itu, mereka berpikir untuk membantu kedua orangtuanya dengan bekerja. Mulai saat itu, Sinta dan Karo mulai mencari pekerjaan. Setelah hari sudah sore, mereka menemukan pekerjaan yang cocok, karena mereka itu pelajar yang bersekolah di SMA Pakidulan 1. Mereka tidak bisa hanya bekerja, mereka juga harus belajar untuk menggapai cita-cita mereka dan membanggakan orangtuanya. Mereka mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga toko baju. 
Keesokan harinya, mereka pergi ke sekolah dan belajar. Tetapi Sinta dan Karo tidak pernah memberitahu kepada kedua orang tuanya bahwa mereka bekerja untuk membantu kedua orang tuanya. Setelah pulang sekolah mereka langsung pergi bekerja ke toko baju yang ada di pasar. Mereka menjual baju-baju kepada para pembeli. Hari semakin malam, mereka pun pulang ke rumah dan diberi upah oleh penjaga toko. Tetapi setelah mereka pulang kerumah, ibunya bertanya kepada mereka " Dari mana saja kalian? Dari pagi hingga malam seperti ini kalian baru pulang." ujar ibunya dengan keadaan khawatir. Mereka pun menjawab "Maafkan kami bu, kami tadi pergi untuk kerja kelompok untuk mengerjakan tugas." ucap Karo sebagai kakak. Ibunya menjawab "ya sudah kalau begitu, ibu cemas sekali memikirkan kalian. Sekarang kalian cepat mandi, setelah itu kalian makan. Tapi ibu minta maaf kali ini kita hanya makan dengan nasi dan garam karena ibu belum cukup uang untuk membeli lauk pauk untuk kalian" jawab ibu dengan raut muka sedih. " tidak apa apa bu, kita makan dengan nasi dan garam pun itu sudah cukup bagi kami dan juga maaf ya bu sudah membuat ibu cemas. Kami pergi mandi dulu ya bu" ujar Sinta.
Setelah mereka makan, mereka menaruh uang hasil kerja keras mereka ke dalam celengan.
1 tahun kemudian. Pada saat itu celengan mereka sudah terkumpul banyak sekali. "Kak ayo kita beri uang ini kepada bapak dan ibu" ucap Sinta. "Baiklah Sinta, mungkin ini saatnya untuk memberi uang dan kejutan ini kepada ibu dan bapak. Akhirnya kita bisa membantu ibu dan bapak untuk naik haji" jawab Karo. "Betul sekali kak semoga dengan uang dan kejutan ini kita bisa membanggakan bapak dan ibu." ujar Sinta dengan perasaan yang sedih dan terharu.
Kejutan untuk bapak dan ibu. "Pak, bu kami ada kejutan buat bapak sama ibu" ucap Karo dan Sinta. "Kejutan apa nak?" jawab bapak. "ini Pak uang dan juga tiket umroh buat bapak sama ibu. Selama ini Karo dan Sinta bekerja sebagai penjaga toko baju. Dan hasil bekerja kami semua ditabung buat meringankan pekerjaan bapak dan ibu. Dan juga untuk membeli tiket umroh ke Mekkah." jawab Karo. "Jadi selama ini kalian pulang malam hanya karena ini?" tanya ibu.
"Ya bu, maafkan kami selama ini kami selalu pulang larut malam" jawab Sinta. "Terima kasih banyak nak, selama ini kalian bersusah payah hanya untuk menberangkatkan kami umroh. Dan juga bapak ibu minta maaf, selama ini bapak dan ibu belum bisa membuat kalian senang" jawab ibu dengan menangis. "Kenapa bapak dan ibu minta maaf, selama ini kami merasa senang , bapak dan ibu sudah mengurus kami dari bayi hingga sebesar ini. Dan karena ibu kami ada di sini. Jadi ibu jangan menangis karena aku paling tidak kuat melihat ibu menangis" jawab Karo. "Baiklah nak ibu tidak akan menangis lagi, ini saatnya kita memulai hidup yang baru" jawab ibu.
Akhirnya, keluarga itu pun hidup bahagia dan akhirnya cita cita yang diimpikan oleh kedua orang tuanya tercapai karena hasil kerja keras dan jerih payah kedua anak itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar